Horison

Jumbo Pecahkan Rekor Film Anak Terlaris Dalam Sejarah

Film Jumbo
Film Jumbo

Film animasi lokal, Jumbo, telah menorehkan sejarah baru di industri perfilman nasional. Dengan perolehan penonton mencapai 10.073.332 per 1 Juni, Jumbo secara resmi menggeser KKN di Desa Penari dan menempati posisi film terlaris sepanjang masa. Prestasi ini bukan hanya sebatas angka, tetapi juga menjadi sebuah fenomena budaya yang menarik untuk dianalisis, terutama dalam konteks “krisis film anak-anak” yang telah lama membayangi sinema Indonesia.

Dominasi Film Dewasa dan Film Horor

Selama bertahun-tahun, lanskap perfilman Indonesia didominasi oleh genre horor dan drama dewasa. Data menunjukkan bahwa di antara 20 film terlaris sepanjang masa, mayoritas adalah film horor seperti Siksa Kubur dan Pengabdi Setan. Akibatnya, produksi film untuk anak-anak mengalami stagnasi.

Menurut pakar dan pengamat budaya, ini adalah cerminan dari sebuah paradoks, di mana industri film lebih cenderung memproduksi film yang menjanjikan keuntungan finansial besar, bahkan jika itu berarti mengabaikan kebutuhan audiens yang lebih muda.

Dalam kajian budaya, fenomena ini dapat dilihat sebagai bagian dari hegemoni pasar dan selera yang dikonstruksi oleh produsen, di mana kriteria popularitas sering kali mengalahkan pertimbangan edukasi dan nilai-nilai moral. Keterbatasan pilihan tontonan yang sehat, edukatif, dan sesuai usia bagi anak-anak di bioskop nasional memicu kekhawatiran orang tua, yang akhirnya beralih ke tayangan asing dari platform digital.

Baca juga:https://naramakna.id/kreatif-dan-fotografi-mengakar-di-bandung/

Film Jumbo

Jumbo Simbol Kebangkitan Film Anak-anak

Di tengah situasi tersebut, kesuksesan Jumbo menjadi penanda yang sangat penting. Film ini membuktikan bahwa selera penonton anak-anak dan keluarga di Indonesia tetap haus akan cerita lokal yang berkualitas. Sebelum Jumbo, film-film seperti Petualangan Sherina (2000) dan Nussa (2021) juga telah menunjukkan bahwa film anak-anak memiliki basis penonton yang loyal dan potensi komersial yang menjanjikan.

Tingginya antusiasme terhadap Jumbo menunjukkan bahwa krisis film anak-anak bukanlah krisis selera, melainkan krisis produksi. Kurangnya inovasi dan investasi di genre ini telah menyebabkan kevakuman yang panjang.

Masa Depan Film Anak-anak dalam Perspektif Budaya

Dalam pendekatan studi kultural, kesuksesan Jumbo dapat dimaknai sebagai kemenangan narasi lokal yang relevan dengan kehidupan anak-anak Indonesia. Film ini berhasil membangun identitas yang kuat, yang diharapkan dapat menjadi penyeimbang dari dominasi budaya populer global.

Prestasi Jumbo seharusnya menjadi momentum bagi seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, produser, hingga sutradara, untuk kembali berinvestasi dalam film anak-anak. Kebangkitan ini adalah kesempatan emas untuk menciptakan ekosistem film yang lebih beragam, bukan hanya untuk hiburan, tetapi juga sebagai sarana penting untuk menanamkan nilai-nilai moral dan karakter positif bagi generasi penerus bangsa.

Exit mobile version