Wahana

Industri Dirgantara Indonesia Mencoba Bangkit

Sumber: Bayu Giri Parameswara | Pesawat CN 212-400

Dulu, di era 90-an, mimpi tentang langit biru Indonesia dipenuhi raungan mesin pesawat buatan sendiri. Nama IPTN begitu membahana, menjanjikan kemandirian di angkasa. Namun, badai krisis dan berbagai rintangan tak terduga sempat meredupkan gairah itu, membuat pabrik-pabrik sepi, dan mimpi seolah tertunda.

Kini, dari jantung kota Bandung, sebuah denyut baru mulai terasa. PT Dirgantara Indonesia (PTDI), sang pewaris mimpi itu, tak lagi menyerah pada masa lalu. Dengan semangat pantang menyerah, mereka kembali merakit asa, sepotong demi sepotong bodi pesawat, sepasang demi sepasang sayap, untuk membuktikan bahwa Industri Dirgantara Indonesia masih punya taring dan ambisi besar untuk terbang tinggi lagi.

Akankah kali ini mimpi itu benar-benar terwujud dan mengukir sejarah baru di langit Nusantara dan dunia?

Sejarah dan Kapasitas Produksi PTDI

Didirikan pada tahun 1976 (awalnya IPTN Nurtanio), PTDI adalah satu-satunya industri pesawat terbang di Asia Tenggara yang punya kapabilitas lengkap, mulai dari desain, pengembangan, manufaktur, perakitan, hingga layanan purna jual untuk pesawat militer dan sipil.

Selama ini, PTDI telah menghasilkan berbagai pesawat yang diakui dunia. Salah satu andalannya adalah seri NC212 dan CN235. PTDI sudah memproduksi 103 unit pesawat NC212-200 di bawah lisensi CASA, Spanyol. Seluruh perlengkapan produksi NC212-400 pun telah dipindahkan dari Spanyol ke Bandung pada periode 2004-2008, menunjukkan transfer teknologi yang signifikan.

Untuk pesawat CN235, PTDI telah meningkatkan kapasitas produksinya hingga 8 unit per tahun. Lebih dari 50 unit pesawat (baik CN235 maupun NC212i) sudah diekspor ke berbagai negara, seperti Thailand, Malaysia, dan Senegal, membuktikan kepercayaan pasar internasional.

Pengembangan terbaru yang menarik perhatian adalah pesawat N219 Nurtanio. Pesawat 19 penumpang dengan dua mesin turboprop ini dirancang khusus untuk kondisi geografis Indonesia yang beragam, mampu lepas landas di landasan pendek dan tidak beraspal.

Baca juga: https://naramakna.id/dari-kabel-ke-kode-perjalanan-pesawat-fly-by-wire/

Dinamika Pasar Penerbangan Indonesia

Kebangkitan industri dirgantara tidak lepas dari geliat pasar penerbangan nasional yang masif. Pada April 2024, jumlah penumpang pesawat di Indonesia mencapai 7,36 juta orang, dengan 5,86 juta di antaranya adalah penumpang domestik. Sepanjang tahun 2024, penumpang domestik menembus 63,7 juta orang, naik 1,76% dibanding tahun 2023.

Pada Mei 2025, meski penumpang domestik sedikit turun secara bulanan, penumpang internasional justru melonjak 11,05% menjadi 1,8 juta orang, menunjukkan pemulihan pariwisata.

International Air Transport Association (IATA) bahkan memprediksi Indonesia akan menjadi pasar penerbangan terbesar keempat dunia pada tahun 2036. International Civil Aviation Organization (ICAO) 2023 juga memperkirakan jumlah penerbangan dan penumpang domestik bisa meningkat tiga kali lipat menjadi 7,6 juta penerbangan dan 690 juta penumpang pada tahun 2045.

Tantangan dan Peluang ke Depan

Industri dirgantara Indonesia masih menghadapi tantangan besar, seperti investasi modal dan pengembangan SDM. Namun, peluang terbuka lebar dengan potensi pasar domestik yang besar dan meningkatnya permintaan pesawat komuter. Dukungan pemerintah, seperti Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PTDI yang mencapai lebih dari setengah triliun rupiah pada 2023 dan diproyeksikan Rp 1 triliun pada 2025, sangatlah krusial.

Kebangkitan industri dirgantara Indonesia bukan sekadar mimpi. Dengan visi yang jelas dan dukungan strategis, Indonesia bisa menjadi pemain kunci di industri dirgantara global.

Exit mobile version