Meskipun Jawa Barat memiliki kekayaan destinasi wisata terbanyak di Indonesia, nyatanya warga Jabar cenderung memilih berwisata ke luar daerah dibanding menjelajahi tempat wisata lokal.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat menunjukkan bahwa sepanjang Januari hingga Mei 2025, jumlah wisatawan domestik yang berkunjung ke berbagai destinasi di Jawa Barat mencapai 29,1 juta orang.
Namun, hanya 18,2 persen di antaranya yang merupakan warga Jawa Barat sendiri. Artinya angka tersebut 23 juta wisatawan yang datang ke Jawa Barat justru berasal dari provinsi lain, seperti Jakarta, Banten, dan Jawa Tengah.
Fakta ini ditegaskan oleh temuan Google Trends Indonesia kuartal II 2025. Selama April hingga Juni, tiga kata kunci wisata paling populer dari Jawa Barat tidak mengarah ke destinasi lokal.
Justru, liburan ke Jogja, trip ke Malang, serta paket wisata Bali murah mendominasi pencarian dari pengguna di Bandung Raya, Cirebon, dan Bekasi tiga wilayah dengan basis populasi urban terbesar di Jabar.
Mengapa Warga Jabar Memilih Wisata Luar?
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Benny Bachtiar, menilai bahwa kejenuhan terhadap destinasi di wilayah sendiri mempengaruhi tren wisatawan lokal yang lebih memilih bepergian ke luar daerah.
Menurutnya, banyak warga merasa terlalu akrab dengan objek wisata lokal, sehingga menganggap liburan ke luar provinsi lebih menarik dan menyegarkan.
Selain itu, maraknya praktik pungutan liar (pungli) di sejumlah objek wisata turut menjadi alasan warga enggan berlibur di daerah sendiri.
Sepanjang 2024, media lokal ramai memberitakan aksi oknum tak resmi yang menarik tarif liar di area curug, pantai, hingga kawasan konservasi, mulai dari parkir hingga karcis masuk tanpa dasar hukum.

Baca Juga: https://naramakna.id/jawa-barat-jadi-magnet-wisatawan-domestik/
Membangun Ketertarikan Emosional dengan Wisata Lokal
Fenomena rendahnya partisipasi warga Jawa Barat dalam menjelajahi destinasi wisatanya sendiri mencerminkan perlunya perbaikan serius, tidak hanya dalam strategi promosi, tetapi juga dalam tata kelola lapangan.
Selama persepsi kejenuhan dan keluhan pungli belum teratasi, potensi pariwisata Jabar akan terus bergantung pada arus kunjungan dari luar.
Oleh karena itu, untuk menjadikan Jawa Barat sebagai rumah wisata yang juga dicintai warganya, diperlukan pendekatan yang lebih humanis, bersih, dan membangun keterikatan emosional masyarakat terhadap daerahnya sendiri.