Di tengah laju deras konten digital, fenomena Tung Tung Tung Sahur mencuat sebagai anomali unik tahun 2025. Video AI dari Indonesia ini menjadi viral dan menciptakan gelombang global.
Fenomena viral Tung Tung Tung Sahur adalah konten AI yang menyebar luas di media sosial, khususnya TikTok. Konten ini menampilkan sosok kayu antropomorfik yang membangunkan sahur dengan suara khas tung tung tung sahur. Orang-orang menggolongkan konten ini sebagai anomali digital atau bagian dari tren brainrot karena menggabungkan unsur budaya lokal dengan elemen horor absurd.
Dilansir dari detik.com, akun @noxaasht lah yang mengunggah video tersebut pertama kali pada akun TikTok, dan berhasil menembus 91 juta tayangan, 5,7 juta suka, dan 130 ribu komentar dalam waktu kurang dari dua bulan.
Data tersebut mencerminkan kekuatan viralitas konten berbasis budaya lokal yang dikemas dalam bentuk digital absurd serta menunjukkan pergeseran pola konsumsi hiburan generasi muda di era algoritma.
Perpaduan Unsur Horor dan Tradisi
Secara visual konten ini menghadirkan sosok kayu antropomorfik yang membawa tongkat bisbol berkeliling dengan suara tung tung tung sahur yang terdengar datar dan seram. Jika penonton tidak merespons panggilannya sebanyak tiga kali, karakter tersebut akan muncul di depan pintu mereka. Gaya ini meniru pola anomali visual dan naratif dalam tren digital brainrot yang sebelumnya dipopulerkan oleh konten absurd seperti Skibidi Toilet dan Bombardiro Crocodilo.
Menurut analisis dari Radar Bojonegoro (2025), Tung Tung Sahur bukan sekadar hiburan viral tetapi merupakan bagian dari anomali budaya digital. Istilah brainrot sendiri mengacu pada konten berulang dan hiperaktif yang dapat menyebabkan penurunan daya fokus, kelelahan mental, hingga gangguan tidur pada remaja.
Fenomena ini terjadi karena percampuran antara nostalgia tradisi lokal membangunkan sahur dan tren digital absurd (brainrot) yang sedang populer di kalangan Gen Z. Gaya visualnya yang nyeleneh dan audio yang repetitif membuatnya mudah viral dan menjadi objek remix oleh komunitas global.

Baca Juga: https://naramakna.id/smartwatch-revolusi-gaya-hidup-aktif/
Tung Tung Sahur Nostalgia atau absurditas Modern
Namun, di balik kekhawatiran tersebut, konten ini juga menyentuh akar budaya lokal. Masyarakat di banyak daerah di Indonesia masih menemukan tradisi membangunkan sahur menggunakan kentongan.
Dari sisi makna, Tung Tung Tung Sahur merepresentasikan kegelisahan digital kolektif sekaligus kerinduan terhadap tradisi. Di tengah gelombang algoritma dan konten hiperaktif, suara kentongan sahur menjadi simbol yang akrab namun dibungkus dalam absurditas modern. Anomali ini mencerminkan bagaimana budaya lokal bisa bertahan sekaligus berubah bentuk di tengah dunia digital yang serba cepat.