Hijab kini lebih dari sekadar simbol keagamaan. Ia telah berevolusi menjadi fenomena budaya, ekonomi, dan gaya hidup yang signifikan.
Tren dan Peningkatan Permintaan Hijab
Dikutip dari Surau.co (2025), proyeksi tren bisnis di Asia Tenggara terkait permintaan hijab diperkirakan meningkat. Ini seiring dengan gaya hidup yang semakin praktis. Gaya layering dan hijab sporty juga kian populer. Ini terutama di kalangan anak muda yang aktif di media sosial seperti TikTok dan Instagram. Media sosial ini turut mendorong tren hijab menjadi arus utama.
Peningkatan pengguna hijab global merefleksikan pergeseran nilai sosial dan ekonomi. Ini juga menunjukkan kesadaran berbusana sesuai syariat. Global Islamic Economy Report (2023) melaporkan belanja muslim untuk mode modis mencapai 295 miliar dolar. Angka ini diproyeksikan mencapai 375 miliar dolar pada 2025. Angka-angka ini menunjukkan hijab telah menjadi arus utama. Ia bukan hanya statistik konsumsi di industri fesyen global.
Di Indonesia, negara dengan populasi muslim terbesar, hijab berkembang. Ia bukan lagi sekadar kewajiban, melainkan bagian identitas sosial. Menurut survei Alvara Research Center (2022), sekitar 87% perempuan muslim Indonesia memakainya. Ini berlaku baik secara penuh maupun dalam situasi tertentu. Hijab adalah fenomena publik dan praktik pribadi. Ia berdampak besar pada pasar, ruang sosial, dan budaya pop.
Baca juga: https://naramakna.id/bandung-paris-van-java-jantung-mode-indonesia-yang-berdenyut-kuat/

Peran Produksi dan Penggunaan Hijab Lokal Indonesia
Data menunjukkan pasar hijab di Indonesia sangat besar. Pada tahun 2022, total penjualan hijab mencapai 1,06 miliar potong. Namun, sebuah ironi terungkap: produk hijab lokal hanya menguasai sekitar 25% pangsa pasar di Tanah Air. Ini berarti mayoritas hijab yang beredar masih didominasi produk impor, padahal potensi pasar hijab di Indonesia mencapai Rp6 triliun. Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) terus mendorong konsumen untuk beralih ke produk dalam negeri guna menggerakkan industri dan ekonomi lokal.
Industri hijab di Indonesia sendiri menunjukkan pertumbuhan yang pesat, diperkirakan 15%-20% per tahun, didorong oleh permintaan pasar yang terus meningkat. UMKM di sektor hijab berperan sangat signifikan dalam industri mode modest lokal ini. Banyak UMKM konveksi hijab yang berkembang, bahkan di kota-kota seperti Bandung yang dikenal sebagai sentra mode, banyak UMKM hijab tumbuh subur dan menjadi trendsetter di Asia Tenggara.
Hijab: Lebih dari Sekadar Ekspresi dan Estetika
Hijab juga berfungsi sebagai pintu masuk pemberdayaan ekonomi. Dalam industri mode modest lokal, UMKM hijab memainkan peran signifikan. Kekuatan ekonomi tidak selalu harus dibangun dari industrialisasi besar. Namun, ia bisa tumbuh dari nilai kolektif. Ini meliputi tradisi, kreativitas, dan keberanian tampil berbeda. Industri hijab menunjukkan potensi ini.
Singkatnya, hijab bukan sekadar simbol keagamaan. Ia bagian integral dari kehidupan dan kekuatan perubahan. Hijab mencerminkan pergeseran budaya, peluang ekonomi, dan ekspresi global. Dengan dukungan industri, teknologi, dan kebijakan yang tepat, hijab berpotensi menjadi ikon dunia yang lahir dari akar lokal.