Setiap akhir pekan, warga memenuhi Taman Saparua di Kota Bandung untuk berolahraga. Sepintas, aktivitas ini mencerminkan gaya hidup sehat yang sedang tumbuh di kalangan masyarakat perkotaan.
Namun, tak sedikit dari mereka yang sebenarnya datang bukan hanya untuk berkeringat melainkan menikmati aneka jajanan kaki lima yang berjejer di sekitar taman.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, sebanyak 71,7% penduduk perkotaan di Indonesia mengakses ruang publik setidaknya sekali dalam sebulan.
Dari angka tersebut menunjukkan bahwa mereka melakukan rekreasi sambil kulineran sebagai aktivitas utama. Ini mengindikasikan bahwa ruang publik seperti taman tidak hanya digunakan untuk olahraga, tetapi juga sebagai arena konsumsi dan hiburan.
Saparua: Arena Kuliner dan Hiburan
Taman Saparua yang berada di pusat kota Bandung, menjadi salah satu contoh nyata dari pergeseran fungsi ruang publik tersebut.
Di sisi taman yang menghadap Jalan Banda puluhan pedagang menjajakan berbagai makanan populer mulai dari bubur ayam, batagor, sosis bakar, hingga kopi susu dan es matcha. Aktivitas ini dimulai sejak pagi dan mencapai puncaknya sekitar pukul 07.00 hingga 11.30 WIB.
Survei dari Harian Kompas pada 2022 juga memperkuat fenomena ini sebanyak 64% responden dari kalangan kelas menengah di kota besar menyatakan bahwa mereka sering memadukan aktivitas olahraga ringan dengan agenda kulineran akhir pekan.
Artinya, mereka tidak lagi melihat berolahraga atau berjalan kaki di taman semata sebagai bentuk kesadaran kesehatan, melainkan bagian dari gaya hidup yang menggabungkan aktivitas fisik, konsumsi, dan citra diri.
Baca Juga: https://naramakna.id/waspada-polyester-dalam-pakaian-olahraga/
Olahraga Sebagai Bagian Gaya Hidup Digital
Warga yang datang ke Saparua kerap membagikan momen di media sosialnya dengan caption jogging pagi lalu jajan.
Di TikTok konten bertema jajan habis olahraga dari Taman Saparua kerap menjadi viral dan mendapatkan ribuan likes. Hal ini memperlihatkan bahwa kegiatan tersebut telah menjadi bagian dari praktik sosial yang dilestarikan dan disebarluaskan lewat media digital.
Fenomena kulineran berkedok olahraga mencerminkan bahwa identitas masyarakat urban tidak terbentuk secara tunggal tapi melalui proses terus-menerus antara konsumsi, ruang, dan tubuh.
Di tangan warga, olahraga bukan lagi soal kesehatan fisik saja melainkan strategi budaya untuk membentuk citra, membangun komunitas, dan menciptakan ruang nyaman bagi ekspresi diri.
