Example 468x60
Horison

Lupakan Buku Akademik: Anak Gemar Ilmu!

×

Lupakan Buku Akademik: Anak Gemar Ilmu!

Sebarkan artikel ini
Pinterest SINDOnews
banner 468x80

Buku akademik selama ini orang anggap sebagai bacaan utama bagi anak-anak usia sekolah. Namun, data dan riset menunjukkan bahwa pendekatan tunggal ini justru dapat menghambat tumbuhnya rasa ingin tahu dan kecintaan anak terhadap proses belajar.

Sebaliknya, buku ilmu pengetahuan populer dan e-book interaktif terbukti lebih efektif dalam menumbuhkan minat baca dan pemahaman anak terhadap dunia sekitar.

Bukan Hanya Soal Bobot Akademik, Tapi Minat Anak

Global Education Monitoring Report 2022 dari UNESCO menyampaikan bahwa anak-anak menunjukkan peningkatan literasi signifikan saat mereka beri akses pada bacaan yang kontekstual, visual, dan relevan dengan kehidupan mereka.

Di tingkat nasional, data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2023) mengungkapkan bahwa sekolah dasar yang menyediakan buku non-akademik mengalami peningkatan minat baca siswa hingga 35%. Bacaan seperti ensiklopedia anak, cerita sains populer, dan komik terbukti lebih efektif memancing rasa ingin tahu.

Efek positif bacaan non-akademik juga kita lihat dalam media digital. Penelitian dari Pediatrics Journal (2020) menunjukkan bahwa anak usia 6–10 tahun yang membaca e-book interaktif mengalami peningkatan pemahaman konsep sains sebesar 23% dibandingkan anak yang membaca buku cetak biasa.

Fitur animasi dan audio mereka sebut membantu anak memahami konsep abstrak secara visual.

Baca Juga: https://naramakna.id/perbedaan-pendidikan-alam-dan-konvensional/

Membangun Generasi Pembelajaran Adaptif

Artinya angka-angka tersebut mencerminkan bahwa pendekatan literasi yang lebih fleksibel, variatif, dan berbasis minat anak terbukti lebih berhasil dalam menumbuhkan budaya membaca dan memahami dibanding pendekatan tradisional yang seragam.

“Buku yang baik untuk anak sejak kecil bukan buku akademik, tapi buku ilmu pengetahuan. Nggak harus buku fisik bisa lewat iPad, e-book, atau tayangan ilmiah di YouTube. Yang penting, anak kita biasakan memahami, bukan menghafal. Kita perlu membangun kemampuan berpikir kritis sejak dini,” ujar dr. Tirta Mandira Hudhi, edukator sekaligus dokter dalam pernyataannya di media sosial.

Oleh karena itu jika kita ingin mencetak generasi pembelajar yang adaptif dan kritis, maka jawabannya bukan menjejalkan mereka dengan buku akademik sejak dini, tetapi memberi mereka akses pada beragam bacaan yang sesuai minat dan cara belajar mereka. Saat anak merasa senang membaca, mereka akan belajar tanpa kita suruh. Dan dari sanalah, pendidikan sejati dimulai.

Example floating