Reputasi itu bukan barang jadi dan bebas gangguan. Namun merupakan sesuatu yang akan berubah dan terus mengalami perubahan. Hari ini reputasinya sangat baik, besok lusa kurang baik bahkan tidak baik. Untuk kemudian pada satu saat membaik lagi.
Namun untuk membuat baik kembali itu tentu membutuhkan ikhtiar. Tidak akan begitu saja menjadi baik tanpa usaha untuk memperbaikinya. Reputasi yang baik itu tidak akan muncul begitu saja seperti datang sendiri atau jatuh dari langit. Tapi reputasi buruk bisa datang begitu saja, sebagai akibat dari sesuatu yang tak terduga.
Di media sosial sudah sangat sering muncul tindak komunikasi yang merusak reputasi institusi atau individu. Sekaligus berusaha membentuk opini publik yang akan menggangsir reputasi institusi atau individu. Dalam kondisi seperti ini, di media sosial akan bertemu mereka yang membangun reputasi dan mereka yang merusak reputasi individu atau institusi.
Berbagai platform media sosial menjadi kancah pertarungan itu. Di dalamnya selalu terjadi pertarungan antara yang pro dan kontra, yang memperbaiki dan yang merusak, yang ingin menjaga dan yang ingin menghancurkan. Berbagai desas-desus dikaji dan ditelaah seolah merupakan peristiwa faktual. Rumor dan gosip dijadikan bahan bakar untuk membentuk opini publik. Pertarungan itu berlangsung untuk mempengaruhi opini publik.
Opini publik itulah yang hendak dibentuk, baik dengan tujuan untuk membangun atau merusak reputasi. Para buzzer atau kreator konten bekerja dengan cara dan tujuannya masing-masing. Media sosial juga cenderung menjadi pemilah khalayak media. Mereka yang pro pada seseorang atau satu institusi akan menyaksikan tayangan yang sesuai dengan sikapnya. Begitu juga dengan yang sebaliknya.
Pertarungan itu adakalanya berlangsung sangat sengit. Orang dibanjiri berbagai informasi yang berlawanan kandungannya. Orang sengaja dibuat untuk sulit untuk menentukan sikap dan opininya sambil seolah diberi solusi untuk memiliki opini yang paling tepat dan “benar”. Orang dipaksa pro untuk mendukung posisi salah satu pihak, atau kalau tidak dibuat untuk bersikap netral saja dalam opininya.
Reputasi menjadi seperti sasaran tembak melalui peluru opini publik yang dibentuk. Karena itu reputasi selalu bergerak naik atau turun. Di tengah berkembangnya berbagai bentuk media sosial orang menjadi mudah memproduksi dan menyebarluaskan informasi sesuai keinginannya. Termasuk membuat informasi menjadi bermakna tertentu dan diharapkan orang menafsirkan informasi seperti yang dikehendaki pembuat informasi.
Menjaga reputasi akhirnya jadi seperti bermain catur. Pergerakan satu buah catur bisa mengubah arah dan cara bermain. Reputasi berubah karena pergerakan orang lain, yang menuntut kita untuk segera bertindak dan menyesuaikan diri dengan perkembangan.