Laga & Gaya

Pertumbuhan dan Pergeseran Skincare Indonesia

×

Pertumbuhan dan Pergeseran Skincare Indonesia

Sebarkan artikel ini
Skincare
Ilustrasi AI

Bangsa kita kini menjadi semakin pesolek. Pria dan wanita sama-sama menunjukkan kegemaran yang meningkat dalam merawat diri dengan produk skincare. Mereka menginginkan kulit wajah yang kinclong dan mempesona. Fenomena ini mencerminkan pergeseran nilai di masyarakat, di mana penampilan fisik memainkan peran yang semakin sentral dalam berbagai aspek kehidupan.

Seseorang tidak hanya membutuhkan keterampilan dan ketahanan fisik untuk bekerja keras dan mengejar karier agar bisa mencapai puncak. Namun, mereka juga memerlukan penampilan yang mempesona. Banyak orang menganggap wajah licin menawarkan prospek yang lebih menjanjikan ketimbang wajah kusam dalam meniti karier.

Persepsi ini mendorong individu untuk menginvestasikan waktu dan uang lebih banyak pada perawatan diri, membentuk sebuah budaya baru yang menekankan estetika pribadi.

Data Statista memproyeksikan, pasar skincare di Indonesia akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 47 triliun pada tahun 2025. Selanjutnya, tingkat pertumbuhan tahunannya akan mencapai 4,55% pada periode 2025–2030. Angka-angka ini menggambarkan potensi pasar yang sangat besar dan menarik bagi para pelaku industri.

Sementara itu, Katadata melaporkan, pendapatan sektor kecantikan dan perawatan diri mencapai Rp 111,83 triliun pada tahun 2022. Sektor ini mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 5,81% pada periode 2022–2027. Mereka mengungkapkan lebih rinci, untuk data tahun 2022 itu, pasar perawatan diri (body care) mencapai volume pasar sebesar 3,18 miliar US Dollar, skincare 2,05 miliar US Dollar, dan make up sebesar 1,61 miliar US Dollar. Di e-commerce, kategori perawatan dan kecantikan mencatat total penjualan Rp 28,2 triliun.

Data tersebut jelas menunjukkan, perputaran uang di sektor perawatan diri ini menawarkan potensi yang cukup menggiurkan. Sejumlah besar modal berputar di sektor ini, menciptakan peluang ekonomi yang signifikan. Kita menawarkan produk perawatan diri itu dengan berbagai cara, mulai dari promosi agresif di media sosial sampai dengan pertemuan arisan ibu-ibu kompleks. Banyak ibu-ibu kini secara aktif menjadi pemasar produk kecantikan, memperluas jangkauan pasar melalui jaringan personal mereka.

Angka penjualan produk perawatan diri itu juga mengindikasikan, bagi banyak orang yang sudah mampu mencukupi kebutuhan dasarnya, mereka mulai merasakan kebutuhan untuk merawat diri. Setelah cukup makan, mereka membutuhkan perawatan diri yang memadai. Walaupun kini pasar skincare juga mulai merambah mereka yang berpenghasilan pas-pasan dan memaksakan diri membeli skincare, menciptakan segmen pasar baru yang didorong oleh aspirasi sosial.

Baca juga: https://naramakna.id/mal-sepi-digital-berjaya-belanja-urban-bergeser/

Pertumbuhan Pasar dan Pengguna Skincare di Indonesia

Pasar skincare sendiri menyumbang sekitar 30% dari total industri kecantikan Indonesia, menegaskan posisinya sebagai segmen kunci. Di dalam kategori skincare, produk perawatan wajah (facial care) menguasai pangsa pasar terbesar, mencapai sekitar 57%. Kategori sun protection tumbuh paling pesat, menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan kulit dari sinar UV.

Survei Populix mengungkapkan, mayoritas anak muda Indonesia (87% Gen Z dan Milenial) secara aktif menggunakan produk skincare, dengan preferensi kuat terhadap merek lokal (87% dari pengguna). Demografi pengguna didominasi oleh kelompok usia muda, dengan 41% berada di rentang 18-29 tahun dan 32% di rentang 30-39 tahun, menyoroti pengaruh tren media sosial dan kesadaran akan perawatan diri di kalangan generasi muda.

Meskipun pria mulai menunjukkan peningkatan minat, Kompas.id mengungkapkan, hanya sekitar 11% laki-laki Indonesia yang memakai produk perawatan wajah dasar seperti sabun cuci muka, dan hanya 1% yang mengaplikasikan tabir surya. Namun, lebih dari 40% pria menggunakan krim wajah dan pelembab, menandakan potensi pasar yang belum tergarap penuh dan menawarkan peluang ekspansi yang signifikan.

Penjualan produk kecantikan dan perawatan wajah/tubuh melalui e-commerce melonjak signifikan, mencapai Rp 2,04 triliun selama Ramadhan 2024, meningkat 25% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan, penjualan produk perawatan pria secara khusus mencatat kenaikan 70% dari sisi nilai.

Secara spesifik, penjualan serum dan esens mencapai 54,2 juta US Dollar pada kuartal ketiga 2024, menunjukkan pertumbuhan 38,97% secara tahunan. Kategori ini mengamankan posisi kedua terbesar dalam penjualan kecantikan e-commerce setelah pelembab. Merek-merek seperti Skintific, Elformula, The Originote, Y.O.U, dan Somethinc bersaing ketat memperebutkan pangsa pasar di segmen ini.

Sebagian besar konsumen skincare di Indonesia (61%) mengalokasikan antara Rp 100.000 hingga Rp 400.000 per bulan untuk produk perawatan kulit. E-commerce terus menjadi saluran pembelian yang dominan, diproyeksikan tumbuh 11% dalam tiga tahun ke depan, didukung oleh kenyamanan dan harga yang kompetitif.

Semakin banyak orang bersolek. Seolah mereka ingin mengumumkan pada dunia bahwa Indonesia bukan hanya alamnya yang sedap dipandang, tapi manusia-nya juga indah dipandang. Karena manusia-nya memancarkan keramahan dan glowing. Fenomena ini menjelaskan bagaimana penampilan fisik berkontribusi pada citra nasional, menghadirkan representasi baru tentang identitas bangsa.

Mungkin kita sekarang sedang mengembangkan peribahasa baru: “Bangsa yang besar adalah bangsa yang merawat dirinya.” Peribahasa ini menggambarkan pergeseran paradigma, di mana perawatan diri tidak lagi dipandang sebagai kemewahan semata, melainkan sebagai bagian integral dari kemajuan dan kebanggaan bangsa.