Laga & Gaya

Perempuan Mandiri: Bingung Diberi Pilihan

Ilustrasi Pixels

Di tengah meningkatnya jumlah perempuan yang hidup mandiri baik secara ekonomi maupun emosional sering mengamati gejala psikologis yang menarik.

Perempuan yang terbiasa mengambil keputusan dan menjalani hidup sendiri justru kerap merasa canggung bahkan bingung, ketika seseorang dengan tulus menanyakan, Mau apa? atau Mau ke mana?

Data dari American Psychological Association (APA) tahun 2020 menunjukkan bahwa wanita yang mengembangkan pola hidup mandiri umumnya membentuk respons protektif terhadap hubungan interpersonal. Mereka melatih diri untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri daripada menerima bantuan orang lain.

Respons canggung saat orang lain memberi pilihan atau perhatian bukanlah bentuk ketidaktahuan melainkan respons psikologis yang muncul karena mereka tidak terbiasa melepaskan kontrol personal.

Dilema Kontrol dan Otonomi Pribadi

Bagi banyak perempuan mandiri pertanyaan sederhana seperti kamu maunya apa? bisa memicu konflik batin antara rasa ingin bebas dan kebutuhan untuk diterima kata Dr. Loretta Ross, psikolog sosial dari APA dalam studinya, Ross menyebut bahwa perempuan dalam kelompok ini sering mengalami decision fatigue dalam relasi karena mereka merasa bertanggung jawab atas semua keputusan termasuk dalam urusan kecil.

Fenomena ini sejalan dengan data Pew Research Center (2022) yang menemukan bahwa 45% perempuan usia 22-40 tahun di negara berkembang, termasuk Indonesia memilih hidup tanpa pasangan tetap.

Angka tersebut menunjukkan bahwa banyak perempuan dalam kelompok usia tersebut mengalami transformasi identitas dari yang sebelumnya kita asosiasi kan dengan peran tradisional istri, ibu, pendamping, menjadi individu otonom yang mengutamakan stabilitas emosional dan pencapaian personal.

Ilustrasi AI

Baca Juga: https://naramakna.id/milenial-tertekan-ekspektasi-atau-realita/

Kebutuhan Perempuan akan Ruang Aman dalam Relasi

Pilihan untuk sendiri bisa jadi merupakan hasil dari pengalaman masa lalu yang membentuk mekanisme perlindungan diri mereka merasa lebih aman dan berdaya saat tidak berada dalam relasi yang mengandung ketergantungan.

Sementara itu, dalam jurnal Modern Femininity and Relationship Dynamics Franklin menyebut bahwa perempuan yang hidup mandiri sejak usia muda lebih mungkin mengembangkan identitas individualis yang kuat.

Ketika kemudian mereka memasuki hubungan di mana pasangan menunjukkan perhatian atau menawarkan pilihan mereka justru mengalami kebingungan.

Ada mekanisme perlindungan diri yang aktif karena sebelumnya mereka belajar bahwa bergantung pada orang lain berisiko, tulis Franklin dalam jurnalnya.

Oleh karena itu, dalam masyarakat yang terus mendorong perempuan untuk kuat serta mandiri kita juga perlu menyediakan ruang aman agar mereka bisa merasa nyaman saat orang lain menawarkan perhatian. Bahkan yang paling kuat pun membutuhkan didengarkan bukan hanya diandalkan.

Exit mobile version