Cerita Rasa

Negara Maritim, Kesenjangan Konsumsi Ikan

×

Negara Maritim, Kesenjangan Konsumsi Ikan

Sebarkan artikel ini
Negara Maritim
Sumber Foto: Pinterest

Sebagai negara maritim, Indonesia seharusnya memiliki konsumsi ikan yang tinggi di seluruh provinsi. Namun, data GoodStats (2024) dan Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru menunjukkan fakta yang berbeda. Di Indonesia, kita melihat perbedaan signifikan dalam jumlah protein ikan yang setiap orang konsumsi per hari. Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki jumlah kalori tertinggi, 17,47 kilokalori, sementara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki jumlah kalori terkecil, 3,69 kilokalori.

Angka-angka ini menunjukkan bahwa konsumsi ikan lebih mendekati masyarakat pesisir secara fisik dan kultural. Provinsi di luar Sulawesi Tenggara, seperti Sulawesi Utara (15,43 kkal) dan Maluku Utara (14,93 kkal), keduanya sangat banyak mengonsumsi ikan. Di sisi lain, provinsi di Jawa, terutama Jawa Tengah hanya 5,22 kkal, sangat sedikit mengonsumsi ikan.

Faktor Geografis dan Budaya Menentukan Pola Konsumsi

Data menunjukkan bahwa budaya konsumsi, akses keuangan, dan lokasi geografis memengaruhi jumlah protein ikan yang masyarakat konsumsi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dianti Ias Oktaviasari, anak-anak yang tinggal di daerah pesisir memiliki tingkat protein ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal di daerah non-pesisir. Ini menunjukkan bahwa kesenjangan gizi masih menjadi masalah besar di Indonesia.

Konsumsi protein ikan per kapita di kota mencapai 9,04 kkal, sedangkan di desa mencapai 9,86 kkal. Hal ini memperlihatkan bahwa konsumsi protein ikan di desa lebih tinggi daripada di kota. Kita dapat mengartikannya juga bahwa orang di kota lebih menyukai makanan olahan, sedangkan orang di pedesaan tetap memakan ikan dari hasil tangkapan lokal.

Indonesia Negara Maritim
Sumber Foto: Pinterest 

Baca juga: https://naramakna.id/kotak-bekal-investasi-sehat-masa-depan-anak/

Ikan Sebagai Simbol Budaya dan Identitas Lokal Maritim

Ikan bukan hanya masalah nutrisi, tetapi juga melambangkan identitas budaya dan ekonomi sebuah wilayah. Di provinsi dengan konsumsi ikan yang tinggi, mereka menganggap ikan sebagai warisan kuliner dan kelangsungan hidup, sementara di provinsi dengan konsumsi ikan yang rendah, ini menunjukkan hubungan yang lebih lemah dengan sumber daya laut.

Pemerintah perlu menjadikan hal ini sebagai prioritas utama dengan melakukan hal-hal seperti memberikan pendidikan tentang nutrisi, menyebarkan ikan beku ke wilayah di luar pesisir, dan meningkatkan tradisi kuliner lokal yang berbasis ikan. Tujuan Indonesia untuk menjadi negara maritim berdaulat pangan hanya akan menjadi slogan tanpa tindakan konkret.