Pendidikan

Memerdekakan Manusia ala Ki Hajar Dewantara

×

Memerdekakan Manusia ala Ki Hajar Dewantara

Sebarkan artikel ini
Ki Hajar Dewantara
Ilustrasi AI

Pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, melainkan sebuah proses integral yang membentuk manusia seutuhnya. Di tengah gempuran modernisasi dan degradasi nilai, konsep Pendidikan Manusia Merdeka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara kembali relevan. Bersama pemikiran tokoh seperti Freire, filosofi ini menjadi landasan penting dalam upaya mengembalikan esensi pendidikan di Indonesia.

Ki Hajar Dewantara: Memerdekakan Manusia Lahir dan Batin

Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai upaya fundamental untuk memerdekakan manusia. Kemerdekaan ini mencakup dua aspek krusial:

  • Lahiriah: Bebas dari kemiskinan dan kebodohan.
  • Batiniah: Memiliki otonomi berpikir dan mengambil keputusan, menjaga martabat, serta mengembangkan mentalitas demokratis (Sugiarta, I Made, dkk., 2019:128).

Filosofi ini menekankan bahwa pendidik harus menjadi teladan (model) yang berkualitas dalam kepribadian dan kerohanian, sebelum bertindak sebagai fasilitator. Tujuan utamanya adalah menuntun segala kodrat anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.

Mengembangkan Daya Jiwa Manusia Seutuhnya

Ki Hajar Dewantara memahami manusia dari sisi psikologis, dengan daya jiwa (cipta, karsa, dan karya) sebagai intinya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut keseimbangan ketiga daya ini. Sayangnya, sistem pendidikan seringkali terlalu fokus pada daya cipta (intelektual), mengabaikan olah rasa dan karsa. Jika ini berlanjut, pendidikan justru berisiko menghasilkan individu yang kurang humanis atau manusiawi (Sugiarta, I Made, dkk., 2019:129).

Dari perspektif sosio-antropologis, keunikan manusia terletak pada kemampuannya untuk berbudaya. Oleh karena itu, salah satu cara paling efektif untuk memanusiakan manusia adalah dengan mengembangkan kebudayaannya.

Baca juga:https://naramakna.id/pendidikan-hadap-masalah-akhiri-gaya-bank/

Pilar Penting dalam Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Untuk mencapai manusia merdeka secara fisik, mental, dan rohani, Ki Hajar Dewantara menggarisbawahi beberapa prinsip penting dalam dunia pendidikan:

  • Kekeluargaan, Kebaikan Hati, Empati, dan Cinta Kasih: Menciptakan suasana yang mendukung perkembangan individu.
  • Penghargaan terhadap Individu: Menghormati hak setiap individu dan membantu mereka menjadi mandiri serta independen.
  • Pengembangan Holistik: Pendidikan tidak hanya mengembangkan aspek intelektual, tetapi juga memperkaya setiap individu sambil mempertimbangkan perbedaan pribadi.
  • Memperkuat Diri: Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri setiap peserta didik.
  • Sederhana dan Pengorbanan: Pendidik diharapkan hidup sederhana dan rela berkorban demi kebahagiaan peserta didiknya.

Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya menanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi jauh lebih penting daripada apa yang ia miliki atau lakukan. Pendidikan humanis bertujuan melestarikan eksistensi manusia, menjadikannya lebih manusiawi dan berbudaya secara utuh.

Pengajaran vs. Pendidikan: Sebuah Sinergi

Dalam konsep Ki Hajar Dewantara, ada perbedaan krusial antara “Pengajaran” dan “Pendidikan”, namun keduanya harus bersinergi:

  1. Pengajaran: Bertujuan memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan).
  2. Pendidikan: Bertujuan memerdekakan manusia dari aspek hidup batiniah (otonomi berpikir, mengambil keputusan, martabat, dan mentalitas demokratis).

Dengan demikian, manusia merdeka adalah individu yang hidupnya tidak bergantung pada orang lain, melainkan mampu berdiri di atas kakinya sendiri, baik secara lahir maupun batin. Sistem pendidikan yang ideal menurut Ki Hajar Dewantara adalah yang bersifat mengasuh, melindungi, dan meneladani, bukan sekadar mentransfer informasi.

Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan Manusia Merdeka menawarkan landasan kuat untuk mereformasi sistem pendidikan di Indonesia.

Dengan kembali berpegang pada nilai-nilai humanis, keseimbangan pengembangan daya jiwa, dan sinergi antara pengajaran dan pendidikan, kita dapat membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga utuh secara kepribadian, berbudaya, dan mampu berdiri mandiri.