Example 468x60
Horison

Media Digital Gosip Telah Bertransformasi

×

Media Digital Gosip Telah Bertransformasi

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi AI
banner 468x80

Di era komunikasi serba cepat, kita tidak lagi menganggap gosip sekadar bisikan di sudut ruang kerja atau warung kopi. Ia telah berevolusi, menjadi bagian dari ekosistem informasi digital yang menyebar dalam grup percakapan, status media sosial, dan video viral yang sering kita bagikan tanpa konfirmasi.

Dalam lanskap media digital, gosip telah bertransformasi menjadi komoditas. Data Katadata (2023) mencatat bahwa lebih dari 30% konsumsi konten digital di Indonesia berasal dari kategori gosip selebritis dan infotainment.

Platform seperti YouTube dan Instagram menyediakan ruang utama untuk menyebarkan gosip dalam format video, meme, hingga konten viral.

Melihat dari data itu, kita dapat melihat bahwa sesuatu yang dulunya kita anggap bisik-bisik tetangga, kini telah menjadi komoditas publik yang mereka jual dalam bentuk klik, views, dan engagement.

Budaya Gosip Yang Mengakar

Sebuah riset dari Universitas Airlangga pada 2021 mengungkap fakta menarik sebanyak 78 persen orang Indonesia mengaku rutin bergosip setidaknya sekali dalam seminggu. Mereka melakukan aktivitas ini baik secara langsung maupun lewat platform digital seperti WhatsApp dan media sosial.

Studi yang melibatkan 500 responden dari berbagai usia dan daerah ini menunjukkan bahwa budaya gosip tidak mengenal batas umur mulai dari remaja hingga orang dewasa, mereka semua terlibat dalam praktik komunikasi informal ini.

Gosip digital
Ilustrasi AI

Baca Juga: https://naramakna.id/mal-sepi-digital-berjaya-belanja-urban-bergeser/

Urgensi Literasi Komunikasi di Era Digital

Fenomena ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan literasi komunikasi yang kuat di masyarakat. Kita tidak lagi menganggap edukasi mengenai verifikasi informasi, etika berbicara, dan empati dalam berkomunikasi sekadar nilai moral, melainkan kita harus melihatnya sebagai strategi sosial yang setiap individu harus miliki untuk bertahan di tengah banjir informasi yang seringkali kita bungkus dalam gosip.

Dalam konteks ini, kita tidak menganggap gosip sekadar obrolan tak penting. Ia mencerminkan cara masyarakat menilai, menegur, dan bahkan memperkuat atau menentang kekuasaan sosial. Dalam konteks Indonesia, kita melihat gosip sebagai cerminan dari pola komunikasi yang kaya makna dan penuh lapisan sosial.

Kita sudah saatnya berhenti menganggap gosip sebagai hal remeh-temeh atau sekadar hiburan. Di era digital seperti sekarang, setiap cerita yang kita bagikan, benar atau tidak, memiliki dampak sosial yang nyata.

Oleh karena itu, kita harus menjadikan peran aktif masyarakat dalam menyaring, mengkritisi, dan memahami konteks di balik setiap informasi sebagai bagian dari budaya digital baru. Tanpa itu, kita hanya akan menjadi penonton dan penyebar narasi yang tidak kita pahami, sembari membiarkan nilai-nilai sosial terbentuk oleh algoritma dan asumsi.

Example floating