Example 468x60
Horison

Indramayu: Kisah Sukses Mangrove dan Budaya

×

Indramayu: Kisah Sukses Mangrove dan Budaya

Sebarkan artikel ini
Hutan Mangrove
Hutan Mangrove Indramayu
banner 468x80

Setiap tanggal 26 Juli, diperingati sebagai Hari Mangrove Sedunia, mengingatkan kita pada pentingnya keberadaan hutan mangrove dalam menjaga keseimbangan ekologi pesisir. Di Indonesia, salah satu wilayah yang menonjol dalam konservasi mangrove adalah Indramayu, Jawa Barat. Kawasan hutan mangrove Karangsong menjadi contoh nyata keberhasilan rehabilitasi lingkungan sekaligus praktik sosial budaya yang hidup dalam komunitas.

Stuart Hall menyatakan bahwa praktik sosial yang membentuk kesadaran lebih dari sekadar produk simbolik budaya. Pemanfaatan mangrove sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, ekologi warga Karangsong menunjukkan kesadaran dan perlindungan terhadap kerusakan alam sebagai bentuk budaya yang melawan eksploitasi pesisir. 

Karangsong Indramayu
Hutan Mangrove Karangsong Indramayu

Oleh karena itu, mangrove di Indramayu tidak hanya melindungi pantai tetapi juga merupakan cerita budaya tentang perubahan, perjuangan, dan optimisme dalam menghadapi krisis lingkungan global.

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa Indonesia memiliki sekitar 3,36 juta hektare hutan mangrove, terbesar di dunia, namun hanya 63% berada dalam kondisi baik (KLHK, 2023). Di Indramayu, masyarakat lokal telah merehabilitasi lebih dari 200 hektar kawasan mangrove di Desa Karangsong sejak 2008, dengan dukungan lembaga seperti Yayasan IKAMaT dan bantuan CSR Pertamina. Keberhasilan ini telah menjadikan Karangsong sebagai pusat edukasi mangrove berskala nasional.

Baca juga: https://naramakna.id/nelayan-kecil-penggerak-ekonomi-maritim-ri/

Dimensi yang Membentuk Mangrove Indramayu

Mangrove dalam representasi lebih dari sekadar pohon yang tumbuh di air payau. Mereka juga merupakan simbol perjuangan melawan abrasi dan krisis iklim. Sebuah kebiasaan turun-temurun masyarakat pesisir untuk tetap dekat dengan alam membentuk identitas mereka. Dari hasil olahan mangrove seperti sirup dan peyek, hingga wisata perahu di hutan, produk mangrove memberikan dampak ekonomi dan budaya.

Kebijakan lokal yang mendukung pelestarian mangrove merupakan pengakuan negara terhadap kebiasaan masyarakat. Konsumsi sekarang tidak hanya bersifat material, tetapi juga simbolik. Penduduk lokal dan wisatawan mengambil pelajaran agama dan spiritual dari tempat tersebut. Ini merupakan ruang budaya yang bergerak dan berbicara tentang makna.

Lebih dari Sekadar Pohon, Mangrove Adalah Identitas

Hutan mangrove Indramayu tidak hanya melindungi garis pantai tetapi juga merupakan tempat produksi makna sosial yang menunjukkan hubungan antara manusia, alam, dan kebudayaan. Dalam konteks Hari Mangrove Sedunia, Karangsong membuktikan bahwa penyelamatan lingkungan bukan hanya masalah teknik konservasi, itu juga tentang bagaimana komunitas memaknai dan menghidupi lingkungan alam sebagai bagian dari masa depan mereka dan identitas mereka.

Mangrove adalah simbol solidaritas, kolaborasi, dan kearifan lokal dalam menjaga ruang hidup selain menjadi pelindung alam. Ketika masyarakat menanam, merawat, dan memanfaatkan hutan-hutan ini, mereka membentuk identitas dengan mengatakan, “Kami adalah penjaga alam kami.”

Example floating