Suara musik tidak hanya menghidupkan panggung, tetapi juga menghidupkan ekonomi dan budaya lokal. Konser musik telah menjadi kekuatan baru yang tidak dapat kita abaikan di Jawa Barat. Konser musik di Jawa Barat tidak sekadar menyajikan hiburan. Ini mencerminkan dinamika budaya modern yang melibatkan ekonomi, ruang publik, dan identitas kolektif. Kita dapat melihatnya sebagai bentuk artikulasi baru dari hubungan kekuasaan, kapital, dan budaya populer.

Kementerian Keuangan mencatat bahwa pemerintah daerah telah mengumpulkan Rp640,8 miliar dari pajak hiburan, meningkat 68,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dilansir dari laman nasional.kontan.co.id. Di sisi lain, detik.com melaporkan, konser West Java Festival 2024 dapat menarik 78.000 pengunjung dalam satu malam. Festival Jawa Barat (WJF) 2024 menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar.
Menurut data yang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat kumpulkan, sekitar Rp70,1 miliar telah berputar dari pendapatan langsung pemerintah, booth, sponsor, dan pengeluaran pengunjung Gedung Sate dan GOR Saparua. Semua aktivitas ini menggerakkan ekonomi di tingkat lokal.

Ruang konser menjadi tempat dimana kapital budaya dan ekonomi berinteraksi. Meskipun pemerintah memfasilitasi hiburan ini untuk tujuan ekonomi, audiens, terutama generasi muda, menjadikannya tempat untuk mengekspresikan identitas dan kebebasan. Di sinilah konser berubah menjadi semacam “ritual baru” yang kita maknai bukan hanya sebagai tindakan konsumtif, tetapi juga sebagai simbol gaya hidup urban, kesenangan bersama, dan bahkan upaya halus untuk menentang hegemoni budaya konservatif.
Baca juga: https://naramakna.id/konser-tasikmalaya-seni-vs-konservatisme/
Konser tidak hanya berdampak pada pendapatan, tetapi juga meningkatkan persepsi kota atau wilayah sebagai tempat yang inovatif dan terbuka bagi anak muda. Misalnya, Bandung selalu menyelenggarakan berbagai acara musik besar, yang mempertahankannya sebagai kota musik dan kreatif. Jika dikelola dengan baik, dapat berfungsi sebagai jembatan antara identitas kultural yang berdaya saing, ekonomi lokal, dan budaya populer.
Hiburan musik merupakan salah satu cara budaya populer membentuk lanskap ekonomi baru. Konser bukan hanya tentang panggung dan suara, konser menceritakan tentang dominasi, perlawanan, dan perundingan antara kapital dan identitas. Konser musik dapat menjadi kekuatan budaya, bermanfaat memperkuat identitas lokal, membuka ruang publik yang inklusif, dan menumbuhkan ekonomi berbasis budaya jika kita atur dengan bijak dan adil.