Example 468x60
Teknologi

Kehadiran AI, Antara Penyeragaman dan Daya Kritis

×

Kehadiran AI, Antara Penyeragaman dan Daya Kritis

Sebarkan artikel ini
AI Dan Pendidikan
Ilustrasi AI
banner 468x80

Prof. Saikat Majumdar dari Universitas Ashoka, India bahwa AI (Artificial Intelligence) itu dikembangkan berdasarkan ideologi-ideologi dominan sehingga menimbulkan risiko mempersempit ruang perbedaan dalam pendidikan. Sebagai mesin cerdas, AI, mulai membentuk bukan hanya pengetahuan tapi juga nilai-nilai tertentu. Karena itu lembaga pendidikan, khususnya universitas dalam pandangan Majumdar, mengalami transformasi dari ruang penelaahan kritis menjadi alat penyeragaman belaka.

Pada sisi lain, kita sering mendengar ungkapan 5 C atau 7C di dunia pendidikan Indonesia. Dalam 5 C itu ada creativity (kreativitas), critical thinking (berpikir kritis), communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), dan character (karakter). Kalau 7 C ditambah dengan citizenship dan computaional literacy.  Kita bisa menggarisbawahi dua hal penting yaitu kreativitas dan berpikir kritis.

Dikaitkan dengan apa yang dinyatakan Majumdar, AI itu dipandang memiskinkan adanya perbedaan. Padahal perbedaan itulah yang memunculkan pemikiran kritis dan kreativitas. Dari pemikiran kritis dan kreativitas itu juga lahir keseragaman dan perspektif baru. Dunia pendidikan tentu menghargai dan mendorong lahirnya daya kritis dan kreativitas.

Daya kritis dimunculkan setidaknya karena adanya perbedaan, bukan karena adanya penyeragaman. Dalam penyeragaman orang hanya akan berpikir bagaimana melengkapi komponen-komponen untuk membentuk struktur. Sedangkan dalam daya kritis orang akan melihat dari perspektif lain, perspektif yang berbeda terhadap satu struktur. Kondisi seperti ini menjadi prasyarat bagi lahirnya inovasi sebagai wujud kongkret kreativitas yang bermakna dan bermanfaat.

Baca juga:https://naramakna.id/sekolah-alam-masa-depan-pendidikan-indonesia/

Tentu bukan karena kita anti-AI atau antiperkembangan teknologi. Tapi pemanfaatan teknologi yang tidak mengorbankan kemanusiaan kita itulah yang terpenting. Kemampuan manusia untuk berpikir dan bekerja misalnya merupakan kemampuan khas manusia dan menjadi tanda kemanusiaan kita, Dalam berpikir dan bekerja itu, kita membutuhkan alat yuang di antaranya lahir karena teknologi digital.

Tapi bukan teknologi yang memperbudak dan menghentikan daya pikir dan bekerja kita. Pengembangan daya pikir dan daya kerja itu dilakukan di lembaga pendidikan, yang secara sosial diberi peran untuk mempersiapkan generasi berikut menghadapi dunianya pada jamannya. Bukan menyerahkan kemampuan berpikir kritis, daya kreatif, atau menjalankan pekerjaan khas manusia pada teknologi.

Kecenderungan penyeragaman membuat kita seperti berhenti berpikir dan menjelajah kemungkinan-kemungkinan baru. Itu yang dikhawatirkan banyak orang saat ini. Apalagi bila kemudian penyeragaman itu diikuti dengan terhentinya daya kreatif dalam menyelesaikan masalah dan ditunggangi kepentingan bangsa dan negara lain.

Example floating