Teknologi

GPMI dan Pertarungan Hegemoni Teknologi

×

GPMI dan Pertarungan Hegemoni Teknologi

Sebarkan artikel ini
GPMI
GPMI Buatan Cina

Di balik lembar spesifikasi teknis dan angka-angka transfer data, kemunculan kabel General Purpose Memory Interface (GPMI) dari Tiongkok bukanlah sekadar inovasi produk. Ini adalah sebuah manifes kultural dan politik yang mengisyaratkan pergeseran kekuatan, pertarungan hegemoni, dan upaya dekolonisasi teknologi dari dominasi Barat. GPMI, dengan kemampuan daya 480W dan kecepatan 192Gbps yang melampaui USB-C, merepresentasikan sebuah narasi baru dalam budaya teknologi global.

Membebaskan Diri dari Simbol Dominasi USB-C dan Konstruksi Teknologi Barat

Sejak era digital, standar teknologi seringkali berasal dan dikendalikan oleh kekuatan Barat, khususnya Amerika Serikat dan Eropa. USB-C, misalnya, telah menjadi simbol universalitas dan interoperabilitas yang dibangun atas dasar norma dan kepentingan Barat. Ia menyiratkan kemudahan, efisiensi, dan kemajuan yang secara kultural diasosiasikan dengan modernitas Barat.

Namun, bagi Tiongkok, ketergantungan pada standar seperti USB-C bukan hanya masalah teknis, melainkan juga simbol ketergantungan kultural dan ekonomi. Ini adalah bentuk hegemoni teknologi, di mana satu kekuatan (Barat) mendikte cara dunia berinteraksi dengan teknologi, bahkan menentukan apa yang dianggap maju dan universal.

Pengembangan GPMI, seperti yang diungkap NotebookCheck.net, adalah tindakan resistensi dan deklarasi kemandirian. Ini adalah upaya untuk merebut kembali narasi dan mendefinisikan ulang apa itu standar. Tiongkok, sebagai kekuatan yang bangkit, tidak lagi ingin menjadi konsumen pasif dari norma teknologi yang ditetapkan pihak lain. Mereka menciptakan bahasa teknologi mereka sendiri.

GPMI
GPMI Buatan Cina

GPMI Representasi Kekuatan Ekonomi Elektronik Tiongkok

Langkah ini menjadi semakin signifikan ketika kita melihat posisi Tiongkok sebagai raksasa produksi elektronik global. Data penjualan elektronik menunjukkan bahwa Tiongkok bukan hanya sekadar pabrik dunia, ia adalah agen kebudayaan yang kuat yang produknya menembus setiap rumah tangga dan saku di seluruh dunia.

  • Pangsa Pasar Global: Merek-merek Tiongkok seperti Xiaomi, Huawei, Oppo, dan Vivo tidak hanya bersaing, tetapi memimpin pasar smartphone global. Mereka membentuk kebiasaan digital miliaran orang.
  • Basis Manufaktur Tak Tertandingi: Tiongkok memproduksi sebagian besar laptop, PC, dan perangkat pintar yang kita gunakan, artinya mereka mempunyai kendali substansial atas materialitas teknologi.
  • Inovasi yang Mengglobal: Dari perangkat rumah tangga pintar hingga komponen, produk elektronik Tiongkok mendefinisikan apa itu terjangkau dan berteknologi tinggi bagi banyak orang, mengikis dominasi persepsi inovasi Barat.

Dalam konteks ini, GPMI bukan hanya kabel, ia adalah artefak budaya yang sarat makna. Ia adalah proyeksi kekuatan Tiongkok yang didukung oleh jaringan produksi raksasa dan pasar domestik. Ini adalah upaya untuk mengkonstruksi ulang universalitas teknologi dari perspektif non-Barat.

Baca juga: https://naramakna.id/memos-ai-ingatan-manusia-kecerdasan-buatan-china/

Dekolonisasi Teknologi dan Pembentukan Norma Baru

GPMI dapat diinterpretasikan sebagai bagian dari proyek dekolonisasi teknologi Tiongkok. Ini adalah langkah untuk membongkar struktur kekuasaan lama yang menempatkan Barat di puncak piramida teknologi. Dengan menciptakan standar mereka sendiri, Tiongkok tidak hanya mengurangi kerentanan terhadap sanksi atau tekanan geopolitik, tetapi juga menantang gagasan bahwa inovasi harus selalu mengalir dari Barat ke Timur.

Jika GPMI berhasil diadopsi secara luas, baik melalui kekuatan pasar domestik yang masif maupun melalui pengaruh di negara-negara yang bersekutu, ia berpotensi membentuk norma-norma konektivitas baru. Ini bukan hanya tentang kompatibilitas hardware, melainkan tentang siapa yang memiliki kekuatan untuk mendefinisikan masa depan digital.

Dengan demikian, kabel GPMI adalah lebih dari sekadar perkembangan teknis. Ini adalah simbol dari pergeseran tektonik dalam lanskap kekuasaan global, di mana Tiongkok sedang aktif menulis babak baru dalam sejarah kebudayaan teknologi. Ini adalah cerminan dari bagaimana inovasi teknologi tidak pernah netral, melainkan selalu terjalin erat dengan narasi, identitas, dan ambisi kekuatan yang melahirkannya.