Example 468x60
Laga & Gaya

Fenomena Rojali dan Rohana Meningkat, Pindah Belanja Online?

×

Fenomena Rojali dan Rohana Meningkat, Pindah Belanja Online?

Sebarkan artikel ini
Mal Indonesia
Mal Indonesia
banner 468x80

Di tengah keramaian mal, terutama di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Surabaya, fenomena “Rojali” (Rombongan Jalan-jalan Liat-liat) dan “Rohana” (Rombongan Hanya Nanya) kembali muncul. Istilah yang pertama kali muncul di media sosial ini sekarang merepresentasikan pola konsumsi masyarakat yang berubah. Mereka mengunjungi pusat perbelanjaan, tetapi tidak membeli apa pun.

Menurut Alphonzus Widjaja, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) dalam idntimes.com, meskipun tingkat kunjungan mal saat ini masih tinggi, yaitu 80-85%, konversi pengunjung menjadi pembeli telah menurun drastis. “Mal tetap ramai, tapi penjualan tenant terutama ritel fashion dan elektronik turun signifikan,” ungkapnya.

Fenomena Pergeseran Perilaku dan Tantangan

Rojali dan Rohana mencerminkan gaya kontemporer yang menekankan interaksi, kualitas konten media sosial, dan kebebasan untuk memutuskan apakah ingin makan di luar atau di dalam. Dikutip dari Antara.news bahwa konsumen sekarang ingin “merasakan dulu” produk sebelum membeli, yang berdasarkan pada kualitas dan harga produk, yang sekarang dapat mereka perbandingkan secara instan secara online. Selain itu, ini merupakan kemajuan dalam literasi digital konsumen.

Fenomena Mal
Sumber Foto: Pinterest | Suasana Mal

Fenomena Rojali dan Rohana menunjukkan penurunan daya beli masyarakat dan menantang pengusaha ritel untuk lebih inovatif. Strategi untuk mendorong minat beli seperti integrasi kanal digital (O2O), promosi interaktif, dan pengalaman berbelanja berbasis konten menjadi lebih penting. Meskipun demikian, masyarakat melihat ini sebagai pergeseran ke arah konsumsi yang lebih hemat dan selektif.

Baca juga: https://naramakna.id/mal-sepi-digital-berjaya-belanja-urban-bergeser/

Inovasi Mal dan Ruang Publik Era Rojali Rohana

Situasi saat ini mendorong pengusaha mal dan tenant ritel untuk mengadopsi strategi baru untuk menghentikan impuls beli dengan menambahkan aktivasi digital, program loyalitas, dan pengalaman ritel yang menyenangkan.

Selain itu, mal harus mengubah fungsi ruang publik menjadi pusat pengalaman (experience center). Ini harus mereka ubah menjadi tempat penjualan. Kunjungan harus mereka konversi menjadi pembeli melalui promosi unik, seperti photo booth berbayar, permainan mini, dan integrasi omnichannel perlu dioptimalkan.

Pada akhirnya, Rojali dan Rohana bukan hanya sindiran sosial, ini adalah sinyal bagi dunia ritel untuk berubah dan masyarakat terus menikmati ruang publik meskipun ekonomi belum sepenuhnya pulih.

Example floating