Tren konten viral di TikTok secara tiba-tiba menghadirkan suara aneh, Trala Lelo Lalala, yang dibuat oleh mesin, bukan manusia. Fenomena aneh ini, yang menunjukkan perilaku kecerdasan buatan AI, mendapat sorotan publik, terutama sejak munculnya frasa-frasa tidak bermakna seperti Trala Lelo Lalala atau Simpan Zini Banini di berbagai platform AI.
Sejak awal 2025, tren konten absurd yang dibuat menggunakan AI ini menjadi viral di TikTok dan YouTube Shorts. Di balik kelucuan dan keanehan yang menghibur, ada fakta teknis yang mengkhawatirkan.

Baca Juga: https://naramakna.id/tung-tung-sahur-viral-ai-berbalut-budaya-lokal/
Mengapa Konten AI di Tiktok Bisa Menjadi Absurd
Menurut Laporan Teknis OpenAI 2023, respons dari model seperti ChatGPT-4 menunjukkan gejala halusinasi AI sebanyak 15-20%, di mana AI menghasilkan informasi yang salah atau tidak relevan dengan konteks yang diminta. Data ini menunjukkan bahwa fenomena ini tidak terjadi secara acak, melainkan karena model AI terlalu mengandalkan prediksi teks dari data yang tidak terkurasi saat belajar.
Laporan Indeks AI Stanford (2024) menambahkan bahwa 12% konten yang dihasilkan oleh model generatif populer seperti GPT dan LLaMA mengandung frasa tidak masuk akal atau pengulangan yang tidak logis. Dalam konteks viral seperti Trala Lelo, peneliti Stanford menjelaskan bahwa model cenderung menangkap budaya meme dan meniru pola viral tanpa memahami maknanya.
Laporan Transparansi Meta AI (2023) menyebutkan bahwa AI yang sering digunakan dalam konteks hiburan cenderung menyesuaikan outputnya agar terdengar lucu, meskipun tidak masuk akal. Frasa seperti Simpan Zini Banini diduga kuat berasal dari pelatihan model menggunakan data internet tanpa filter semantik yang ketat. Akibatnya, AI mulai menganggap respons seperti itu valid karena pengguna menganggapnya populer.
Data ini menunjukkan makna yang signifikan AI sebenarnya bukan sistem yang cerdas dalam arti sesungguhnya, melainkan mesin prediksi pola. Ketika AI mempelajari pola yang tidak logis atau berasal dari budaya viral yang absurd, hasilnya pun menyimpang. AI yang merupakan sistem cerdas, malah mereproduksi kebodohan yang ramai di internet. Inilah yang disebut anomali AI.
Oleh karena itu, pengembang, pengguna, dan regulator perlu memahami bahwa AI membutuhkan pengawasan ketat, kurasi data, dan pengujian etika yang menyeluruh.