Cerita Rasa

Dawet Sambel: Kuliner Tradisional Yogyakarta

×

Dawet Sambel: Kuliner Tradisional Yogyakarta

Sebarkan artikel ini
Dawet Sambel
Dawet Sambel

Dawet sambel bukan hanya sekadar kuliner unik Nusantara dari Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kuliner ini menghadirkan potret nyata bagaimana makanan dapat mencerminkan identitas lokal dan bertahan di tengah arus modernisasi. Dawet sambel menggabungkan unsur yang tak lazim, yaitu cendol, santan, dan sambal kacang pedas.

Menurut data dari Wikipedia Indonesia, masyarakat pertama kali membuat dawet sambel di Dusun Prangkokan, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, pada tahun 1950-an. Respons inovatif terhadap permintaan konsumen membuat makanan khas ini sekarang tersedia di pasar tradisional Kulon Progo.

Dawet Sambel Sebagai Warisan Tak Benda

ValidNews melansir data yang menunjukkan bahwa sekitar 80% bahan baku dawet sambel masih masyarakat buat secara tradisional. Ini mencakup penggunaan tepung ganyong dari umbi lokal yang semakin langka dan hubungannya dengan ketersediaan sumber daya lokal.

Kuliner Dawet Sambel
Sumber Foto: Instagram Bakpiaku

Pada tahun 2019, Kemendikbud mencatat bahwa mereka telah menetapkan dawet sambel sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari perspektif pelestarian budaya. Hal tersebut menunjukkan pengakuan resmi atas nilai budaya dan historis dari makanan unik ini. Sebaliknya, Media Indonesia melaporkan bahwa jumlah UMKM kuliner yang menjual dawet sambel di wilayah Kulon Progo meningkat 30% setelah pengakuan tersebut. Artinya, keberadaan dawet sambel juga dapat membantu meningkatkan daya juang bisnis UMKM.

Baca juga: https://naramakna.id/cabai-jawa-warisan-nusantara-yang-terlupakan/

Tempat Berbagi dan Berpartisipasi Kuliner

Warga setempat berpartisipasi dalam festival kuliner seperti Pasar Jadul Jatimulyo. Di sana, mereka tidak hanya menjual makanan, tetapi juga berbagi sejarah dan filosofi dari makanan dawet sambel. Rasa manis dari santan dan cendol, bersama dengan rasa pedas gurih dari sambal kacang, menunjukkan berbagai rasa hidup yang orang-orang alami di pedesaan: pahit dan manis bersama-sama.

Tantangan masih ada. Sebagai hasil dari survei yang detikJogja (2024) lakukan, minat generasi muda terhadap makanan tradisional turun 18% dibandingkan dengan 5 tahun sebelumnya. Ini mendorong upaya pelestarian melalui festival kuliner, dokumentasi digital, dan pengemasan ulang produk kontemporer.

Dawet sambel adalah contoh kuliner nyata dari artefak budaya. Selain memberikan rasa, kuliner dawet sambel juga berfungsi untuk melestarikan tradisi, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan menjadi simbol keberagaman rasa Nusantara. Dawet sambel menunjukkan melalui angka dan cerita bahwa makanan tradisional dapat bertahan lama jika kita izinkan untuk berkembang dan menyesuaikannya.

Ayo mampir juga ke https://apcoms.co.id/