Cabai Jawa tidak hanya hadir di dapur, tetapi juga menyatu dalam berbagai praktik budaya masyarakat Nusantara. Namun, di pasar modern secara bertahap cabai Jawa (Piper retrofractum) mulai hilang dari ingatan kuliner masyarakat Indonesia. Meskipun demikian, tanaman merambat ini telah menjadi warisan rempah Nusantara yang sangat penting untuk perdagangan internasional dari Kerajaan Majapahit hingga kolonial Belanda.
Cabai Jawa tidak berasal dari keluarga capsicum. Ia berasal dari genus Piper, sejenis lada, dan memiliki aroma tajam serta rasa pedas yang khas. Journal of Southeast Asian Studies (2020) mencatat bahwa dari abad ke-15 hingga abad ke-17, menjadi salah satu komoditas ekspor utama ke Arab, Eropa, India, dan India melalui pelabuhan besar di Jawa dan Sumatera.
Baca juga: https://naramakna.id/bawang-goreng-selera-kolektif-bangsa/

Cabai Jawa dalam Pengobatan Tradisional
Selain manfaat kulinernya, masyarakat juga menggunakannya untuk pengobatan tradisional Jawa. Serat Centhini, sebuah karya sastra Jawa dari abad ke-19, menyebutkan tanaman ini sebagai bahan ramuan jamu untuk meningkatkan stamina dan menyembuhkan masuk angin. Jawa Documentation Centre (2022) mengutip bahwa sampai hari ini sebagian orang di daerah pedesaan Yogyakarta, Jepara, dan Banyuwangi masih menggunakannya sebagai minuman penghangat badan dan obat herbal.
Sayangnya, tanaman ini semakin langka. Menurut data Kementerian Pertanian tahun 2023, ditemukan kurang dari 500 hektar pertanian di seluruh negeri, yang sebagian besar petani olah secara tradisional tanpa menggunakan metode budidaya modern. Kurangnya promosi dan dukungan pasar menyebabkan generasi muda hampir tidak mengetahuinya.
Cabai Jawa adalah contoh bagaimana pasar modern dan preferensi instan dapat mengubah kekayaan rempah Indonesia. Melalui pelestarian, dapat meningkatkan ingatan kolektif bangsa, mulai dari dapur leluhur hingga ke tingkat global. Upaya revitalisasi cabai Jawa perlu digerakkan oleh sinergi antara petani lokal, komunitas kuliner, dan pemerintah agar warisan ini kembali hidup, bukan hanya sebagai bahan masakan, tapi sebagai identitas budaya yang lestari dan akan selalu terkenang dalam ingatan masyarakat Nusantara.
Ayo mampir juga ke https://apcoms.co.id/