Diperkirakan, gedung bioskop mulai ada di Indonesia (saat itu masih Hindia Belanda) pada tahun 1900-an. Film yang disebut sebagai “gambar idoep” pertama kali tayang di Jakarta. Namun, NV Java Film Company memproduksi film dalam negeri Hindia Belanda pertama kali di Bandung pada tahun 1926 dengan judul Loetoeng Kasaroeng. Setahun kemudian, mereka membuat Eulis Atjih (1927).
Sejarah Pembuatan Film “Loetoeng Kasaroeng”
NV Java Film Company merilis film bisu Loetoeng Kasaroeng pada tahun 1926. Dua sutradara asal Belanda, G Kruger dan L Heuveldrop, menyutradarai film ini. Aktor dan aktris lokal memerankan karakter-karakternya: Oemoeh memerankan Purbasari dan Martonana berperan sebagai Guru Minda. Pengambilan gambar film ini dilakukan sekitar 2 km sebelah barat Padalarang, meskipun ada juga yang menyebutkan pengambilan gambar berlokasi di Menes Pandeglang.
Film bisu ini ditayangkan pada 31 Desember 1926 hingga 6 Januari 1927, pukul 19.30 – 21.00, di bioskop yang memanfaatkan gedung pusat hiburan De Majestic (di sebelah Gedung Merdeka) di Jl. Braga Bandung. Secara bersamaan, selain di Bioscoop Majestic, film ini juga diputar di Bioscoop Metropole (Jakarta). Mahalnya harga tiket menyebabkan pengunjung bioskop hanya kalangan elit pribumi dan orang-orang Belanda.
Baca juga: https://naramakna.id/dari-ngopi-ke-ngoding-kafe-bandung-adalah-kantor-kita/
Dukungan Bupati Bandung dan Promosi Film
Bupati Bandung saat itu, RAA Wiranatakusumah, termasuk tokoh Sunda yang mendukung pembuatan film legenda Sunda itu. Bupati ini memang menginginkan budaya Sunda tersaji dalam bentuk film. Adanya dukungan bupati yang juga mengizinkan salah seorang putranya bermain di film ini membuat tonggak sejarah “gambar idoep” lahir di Bandung.
Karena ini merupakan film bisu, pengelola gedung menyertai pemutaran film dengan iringan musik hidup. Orang-orang Belanda yang bekerja, antara lain sebagai pemilik perkebunan, menonton film di bioskop itu dengan pakaian lengkap dan rapi. Promosi pertunjukan film sendiri dilakukan dengan menggunakan kereta kuda yang berkeliling Bandung, mengumumkan waktu pemutaran film.
Gedung De Majestic
Arsitek Belanda Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker merancang gedung bioscoop De Majestic dan membangunnya pada tahun 1925. Kini, gedung bergaya art deco di Jl. Braga Bandung itu menjadi pusat kebudayaan, tempat pertunjukan seni budaya Jawa Barat. Jadi, saat berjalan-jalan di Jalan Braga, tengoklah De Majestic yang menjadi bagian dari sejarah perfilman nasional.