Example 468x60
Laga & Gaya

Bandung Bergetar: Melacak Jejak Genre Reggae

×

Bandung Bergetar: Melacak Jejak Genre Reggae

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi AI
banner 468x80

Reggae tumbuh menjadi salah satu genre musik alternatif yang populer di Kota Bandung. Reggae kini hadir rutin di festival besar, pensi, hingga konser independen, tidak hanya komunitas musik bawah tanah memainkannya. Reregean di Kota Kembang menjadi wajah dari perkembangan reggae lokal.

Karakter sosial Bandung yang egaliter, kreatif, dan terbuka terhadap keberagaman budaya membuat reggae mudah diterima.

Sejak awal 2000-an Bandung mengenal diri sebagai kota dengan ekosistem musik independen yang kuat, mulai dari distro, panggung kecil, hingga komunitas lintas genre. Reggae masuk ke dalam atmosfer ini sebagai musik yang membawa semangat kebersamaan, anti kekerasan, dan spiritualitas.

Lebih dari sekedar hiburan genre reggae di Bandung

Konser Island Vibes Reggae Party pada Juli 2024 di Kota Kembang ini mencatat lebih dari 4.500 penonton, dengan penjualan tiket yang mencapai 80% sebelum hari H, yang Billboard Indonesia melansirnya.

Angka tersebut mencerminkan bahwa reggae telah bertransformasi menjadi kekuatan kultural yang hidup di Bandung. Ini menandakan kematangan komunitas, daya tarik lintas generasi, dan besarnya potensi ekonomi serta sosial dari musik yang selama ini orang anggap alternatif.

Reggae tidak hanya hadir sebagai bentuk hiburan ia berfungsi sebagai sarana ekspresi identitas dan perlawanan simbolik. Musik ini membawa pesan-pesan kesetaraan, resistensi terhadap sistem yang menindas, dan pencarian makna spiritual, yang semuanya selaras dengan semangat anak muda Bandung.

Reggae menjadi simbol budaya alternatif yang menyuarakan keberpihakan pada minoritas, marjinal, dan komunitas yang mencari ruang aman untuk mengekspresikan diri.

Baca Juga: https://naramakna.id/bandung-paris-van-java-jantung-mode-indonesia-yang-berdenyut-kuat/

Perpaduan dan Gaya Hidup

Musik reggae di Kota Kembang mengalami proses perpaduan budaya dalam konteks ini, musik reggae Jamaika tidak meniru mentah-mentah, tetapi orang mengkombinasikan nya dengan elemen lokal baik secara musikal, visual, maupun sosial.

Contohnya band The Paps menciptakan reggae gunung yang memadukan nuansa Jamaika dengan suasana dataran tinggi Kota Kembang, seperti yang ditulis dari Ayobandung.com.

Menurut Detiknews, distro seperti Sativa di Tamansari turut menyebarkan estetika reggae melalui produk fesyen dengan warna Rasta, rambut gimbal, dan ikon Bob Marley.

Para pelaku ini mempraktikkan budaya reggae bukan hanya di atas panggung juga dalam kehidupan sehari-hari, melalui gaya hidup, cara berpikir, dan solidaritas sosial.

Bandung bukan hanya menyukai reggae kota ini merayakan reggae sebagai bagian dari praktik budaya dan perlawanan simbolik. Bisa dimaknai sebagai bagian dari proses negosiasi identitas, resistensi terhadap budaya dominan, dan penciptaan ruang alternatif di tengah arus budaya populer.

Follow Instagram http://www.instagram.com/naramakna.id 

Example floating