Ucapan anak kecil yang terdengar cadel sering dianggap menggemaskan. Namun, riset terbaru menunjukkan bahwa kebiasaan orang tua menirukannya justru malah memperkuat pola pelafalan salah dan berpotensi merusak perkembangan bahasa serta kepercayaan diri anak.
Studi pada tingkat sekolah dasar yang diterbitkan Juni 2024 oleh Aisyah Nadya Hutagalung dan Ari Suriani dari Universitas Negeri Padang menunjukkan anak-anak dengan cadel umumnya mengalami substitusi fonem, seperti mengganti huruf R dengan I dan S dengan TS, serta hilangnya bunyi tertentu dalam kata. Meski kemampuan memahami bahasa tidak terganggu, gangguan artikulasi ini berdampak signifikan terhadap prestasi belajar, komunikasi sosial, dan rasa percaya diri mereka.
Sebagai contoh, anak yang mengucapkan “merah” menjadi “melah” mencerminkan penghilangan bunyi R di tengah kata. Kebiasaan tersebut berasal dari lingkungan, terutama dari orang tua atau pengasuh yang menirukan cadel saat berinteraksi.
Baca juga: https://naramakna.id/diabetes-anak-mengancam-manisnya-beracun/
Laporan lain dari skrining di TK Nurul Islam Jatirejo, Lumajang (Januari 2025), menemukan sejumlah anak usia 5–6 tahun mengalami keterlambatan fonologis karena kegagalan membentuk bunyi bahasa dengan jelas.
Gangguan pelafalan fonem utama seperti R dan S umum ditemui, meski anak tetap mampu memahami kata-kata secara visual dan auditorial. Jika tidak ditangani, jenis cadel ini dapat mengganggu proses belajar membaca, menulis, dan mengurangi kepercayaan diri ketika berinteraksi dengan teman sebaya.
Para pakar bahasa menekankan pentingnya input linguistik yang benar dan konsisten dari figur dewasa, khususnya pada masa kritis usia 1-6 tahun. Hindari meniru ucapan cadel anak dan segera lakukan intervensi jika cadel terus berlanjut setelah usia empat tahun. Latihan motorik mulut maupun terapi wicara profesional sangat dianjurkan.