Kecenderungan konsumsi pakaian dalam masyarakat modern terus mengalami lonjakan. Sayangnya, tren ini memiliki dampak lingkungan yang signifikan.
Laporan dari Program Lingkungan Dunia (UNEP) 2023 menyatakan bahwa industri fesyen menghasilkan limbah air terbesar kedua di dunia dan menyumbang sekitar 10% dari emisi karbon global. Sementara itu, program Waste and Resources Action (WRAP) melaporkan bahwa satu orang rata-rata membuang 37 kg pakaian setiap tahunnya, sebagian besar langsung menuju TPA.
Fakta-fakta ini bukan hanya statistik lingkungan. Data menunjukkan pola konsumsi dan produksi yang tidak berkelanjutan, yang jika kita biarkan akan mempercepat krisis lingkungan di seluruh dunia. Fashion daur ulang akhirnya menjadi penting, bukan hanya sebagai solusi kreatif tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab sosial terhadap lingkungan.
Gerakan Daur Ulang Tekstil dan Potensi Ekonomi
Indonesia sendiri secara bertahap mengikuti arus kesadaran ini. Komunitas seperti Setali Indonesia dan Eco Touch memulai gerakan daur ulang tekstil, yang memberikan edukasi kepada masyarakat dan membantu membuat pakaian bekas menjadi barang baru. Mengambil tindakan ini tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga meningkatkan nilai ekonomi. Menurut laporan Statistik Ekonomi Kreatif 2022 dari Badan Pusat Statistik (BPS), sub sektor fesyen menyumbang lebih dari Rp200 triliun terhadap PDB nasional.

Dengan kata lain, fesyen daur ulang memiliki potensi untuk menjadi jalan tengah antara ekonomi dan lingkungan. Selain memberikan ruang untuk inovasi bagi desainer lokal, daur ulang pakaian juga menawarkan lapangan kerja baru bagi pengrajin tekstil dan bisnis mikro.
Baca juga: https://naramakna.id/fenomena-fashion-baru-gen-z-dan-dampaknya/
Lebih dari Sekadar Tren, Simbol Kesadaran Lingkungan
Fashion daur ulang adalah cara untuk berkomunikasi dengan orang lain lebih dari sekadar tren. Pilihan untuk mengenakan pakaian yang terbuat dari barang bekas atau hasil daur ulang merupakan ekspresi kepedulian terhadap ketimpangan dalam industri mode dan kepedulian terhadap lingkungan. Ia juga mewakili kesadaran, gaya hidup, dan bahkan perlawanan terhadap kapitalisme yang boros sumber daya.
Fesyen yang kita daur ulang mendorong masyarakat untuk merenungkan apakah gaya harus selalu baru atau tepatnya signifikan? Dengan mengubah cara berpakaian, kita juga mengubah cara kita melihat dunia. Oleh karena itu, mode daur ulang bukan hanya solusi teknologi tetapi juga etika masa depan.