Musik keroncong merupakan warisan budaya, menceritakan kisah panjang perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Musik ini berkembang menjadi simbol perjuangan dan identitas nasional selama periode kolonial. Musik ini berasal dari perpaduan budaya lokal dan musik Portugis pada abad ke-16. Di tengah represi Belanda, lagu-lagu seperti “Ibu Pertiwi” dan “Tanah Airku” pernah menjadi cara yang halus namun efektif untuk mengungkapkan rasa kebangsaan.
Menurut Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbud (2023), ini menjadi salah satu genre musik tradisional yang paling populer di Indonesia, terutama di Yogyakarta, Solo, dan Jakarta, yang merupakan pusat pergerakan nasional. Komunitas keroncong tidak hanya memainkan musik, mereka juga mempertahankan semangat nasionalisme yang pernah mereka ungkapkan melalui nada dan lirik.
Senjata Kultural Melawan Dominasi
Keroncong menjadi bagian dari alat perjuangan kultural melawan dominasi budaya kolonial. Musik ini menyampaikan kerinduan akan kemerdekaan dan kritik sosial secara terselubung. Lagu-lagu tersiar lewat radio rakyat dan termainkan di ruang-ruang komunitas sebagai bentuk solidaritas dan identitas kolektif.
Pakar musik dari ISI Surakarta menyatakan bahwa keroncong menjadi bentuk “perlawanan lunak” terhadap penjajahan. Meskipun tidak mengangkat senjata, para seniman keroncong memainkan peran penting dalam membangun kesadaran nasional.
Baca juga: https://naramakna.id/keroncong-tujuh-putri-terbangkan-superman-dengan-sentuhan-nusantara/
Warisan Keroncong: Tantangan dan Harapan
Keroncong saat ini menghadapi tantangan baru, berkompetisi dengan musik populer kontemporer. Namun demikian, upaya pelestarian terus berlanjut. Sejak tahun 2009, pemerintah telah menetapkan keroncong sebagai Warisan Budaya tak benda. Program seni budaya Kemendikbudristek memungkinkan pengajaran keroncong di sekolah dan kolaborasinya dengan genre kontemporer.
Hal ini menunjukkan kekuatan budaya sebagai alat untuk perjuangan dan perjuangan. Keroncong bukan sekadar musik nostalgia, di mana ini dapat berfungsi sebagai ruang untuk ekspresi politik, ekspresi identitas, dan perlawanan terhadap dominasi, baik kolonial maupun kontemporer.
Keberadaan keroncong mengingatkan kita bahwa menjaga warisan budaya bukan sekadar mempertahankan tradisi dan menghormati jejak sejarah dan perjuangan. Ini penting di tengah arus globalisasi dan komersialisasi industri musik. Kita harus menghidupkan kembali semangat kebangsaan yang berasal dari suara rakyat dan jiwa merdeka.